Jack Torrance (Jack Nicholson) mempunyai pekerjaan baru menjadi seorang
penjaga/cartaker sebuah hotel besar dan mewah yang sangat terpencil dan
sangat terisolasi dari keramaian. Hotel bernama "Overlook Hotel" itu
berada di pegunungan Rocky Mountain, Colorado. Kebetulan, Jack juga
sedang mempunyai proyek penulisan sebuah novel, atas alasan itu, Jack
sangat bersemangat menerima pekerjaan itu, karena menurutnya dengan
kesunyian dan ketenangan hotel itu akan menjadi tempat yang pas baginya
untuk menyelesaikan novel itu dengan mudah.
Betapa menakutkannya kejadian 5 tahun yang lalu di hotel tersebut tidak
mengurungkan niat Jack untuk tetap bekerja di hotel tersebut dan membawa
serta istri dan seorang anak "indigo"nya bernama Danny untuk tinggal
beberapa bulan di hotel tersebut.
1 Satu bulan kemudian, kejadian-kejadian aneh terjadi. Danny yang
mempunyai kemampuan melihat hal yang akan terjadi di masa datang terus
menerus diganggu bayangan-bayangan menakutkan. Jack pun secara perlahan
dan pasti, kondisi psikologinya mulai terganggu, ya, rupa-rupanya
kejadian menakutkan 5 tahun yang lalu pun akan kembali terulang.
Entah berapa puluh film-film bergenre horror yang sudah saya tonton
sampai sekarang sampai akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa ada tiga
cara yang biasa dilakukan sebuah film horror untuk menciptakan
ke-horror-annya sendiri. Yang pertama, tentu saja dengan cara
memperbanyak penampakan-penampakan hantu dengan kostum dan make up tebal
yang menakutkan, ini terasa biasa saja. Yang kedua, lebih
bertumpu pada penciptaan suasana horror yang sangat mencekam, biasanya
film horror seperti ini banyak bertumpu pada penggunaan tone yang dibuat
semuram mungkin, setting yang mencekam, dan scoring berkesan horror
yang sangat mencekam, serta ekspresi "spooky" para aktor. Jadi meskipun
tanpa penampakan hantu, penonton bisa dibuat ketakutan dengan
menciptakan suasana mencekam seperti yang saya maksud itu dalam setiap
scenenya. Biasanya, film dengan genre psychological horror-lah yang
masuk kategori ini seperti "Silence of The Lambs". Paranormal Activity,
The Blair Witch Project (meskipun ini berjenis horror mokumenter), boleh
lah masuk kategori ini. Yang ketiga, film horror yang
menciptakan ke-horror-annya dengan memadukan kedua unsur itu. Menurut
saya, "The Shining" lah salah satu yang terbaik dalam kategori terakhir
ini.
"The Shining" mampu menciptakan ke-horror-annya dengan cara memperkuat
suasana angker dalam setiap scenenya, juga dengan dukungan penampakan
hantu walaupun dengan porsi sedikit tetapi tetap mampu menciptakan
suasana horror yang sangat mencekam. Tidak hanya itu, pemilihan setting
hotel yang sangat besar dan megah berdiri ditengah-tengah kesunyian
sebuah pegunungan membuat elemen keangkerannya bertambah. Scoring ala
film horror classic-nya juga. Ekspresi spooky dari Si Danny dan Si Jack.
Ya semua elemen pencipta keangkeran sebuah film horror itu mampu saling
berkait erat satu sama lain dan menjadikan "The Shining" sebagai sebuah
film horror yang horror sekali.
Mungkin buat tipe penonton yang lebih menyukai film horror yang tanpa
banyak basa basi berjalan dengan tempo cepat (seperti Insidious) akan
kesusahan dalam menikmati sensasi horror dari film ini yang berjalan
dengan tempo yang lambat di awal. Tapi justru ini menjadi nilai plus
dari "The Shining". "The Shining" mampu merangkak dengan baik dari awal,
perlahan namun pasti menciptakan ketegangan dan horror yang semakin
meningkat dan akhirnya mencapai kllimaks yang syarat dengan ketegangan.
Tidak lupa, twist ending yang ada di film ini, serta kemunculan beberapa
karakter yang saya sangka di awalnya hanyalah imajinasi si Jack saja,
dua hal itu kemudian menjadi pertanyaan yang meninggalkan celah
interpretasi sehingga patut didiskusikan dan ditonton ulang filmnya.
Sebuah strategi jitu, contohnya ketika Nolan yang juga dengan sengaja
menciptakan hal-hal seperti ini dalam "Inception"-nya, sehingga banyak
penonton yang kemudian menonton ulang film tersebut hanya untuk mencari
bukti dari interpretasi masing-masing dan tentunya itu juga hanya
sekedar untuk mendapatkan interpretasi yang sama dengan rekan nontonnya,
ya termasuk saya ini. :) Atau bisa juga, sutradara dan orang-orang yang
bekerja dibalik film itu dengan sengaja mengetes sejauh mana kemampuan
intelektual dan kecermatan ber-analisis kita sebagai para penontonnya.
:)
Yah, apapun itu, kembali ke topik utama, "The Shining" yang diangkat dari novel karya Stephen King dan disutradarai oleh Stanley Kurbick ini menjadi
sebuah film psychological horror yang sangat menegangkan dan
meinggalkan celah interpretasi di otak para penontonnya. Tapi tenang,
walau begitu "The Shining" bukanlah tipe film berat, "The Shining" hanya
sedikit berjalan lambat untuk mencapai klimaks ketegangan yang kuat.
Butuh waktu yang tenang dan mood yang pas untuk menonton film berdurasi
sekitar 2 jam 20 menit.
Language: English
Subtittle: Indonesia - English
Watch The shining 1980 Subtittle Indonesia:

Server 1 | Server 2
Posting Komentar